Di wilayah Kecamatan Genteng banyak berdiri pesantren. Salah satu pesantren yang cukup legendaris adalah Pesantren Bustanul Makmur di Desa Kebunrejo. Pesantren ini didirikan pada 1 September 1947. Pendirinya adalah KH. Djunaidi Asmuni dari Desa Nampereh, Kecamatan Galis, Kabupaten Sumenep, Madura.
Ada kisah heroik yang melatarbelakangi Kiai Djunaidi hingga sampai di Banyuwangi. Ia sebenarnya adalah pengasuh pesantren peninggalan ayahandanya di kampung halaman. Namun, pesantren tersebut diluluhlantakkan oleh Belanda ketika terjadi Agresi Militer yang pertama. Ia juga menjadi buronan kompeni.
Kiai Djunaidi melarikan diri ke Jawa. Ia ditampung di Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo yang didirikan oleh kerabatnya, KHR. Syamsul Arifin. Setelah tinggal beberapa waktu di sana, ia mendapatkan isyarah lewat mimpi berupa seberkas cahaya dari arah tenggara. Isyarah tersebut ia artikan untuk melanjutkan pengembaraannya ke arah cahaya tersebut.
Bersama dengan keluarganya ia akhirnya tiba di Desa Kebunrejo, Genteng, Banyuwangi. Kala itu, daerah tersebut menjadi sarang penyamun. Daerahnya yang masih angker menjadi tempat yang tepat bagi para berandal itu bersembunyi.
Di tempat barunya tersebut, Kiai Djunaidi mulai menghidupi api dakwah. Melalui surau kecil yang juga jadi tempat tinggalnya, akhirnya bisa bertransformasi menjadi masjid dan bilik-bilik para santri. Proses pendirian masjid dan bilik itulah yang menjadi acuan pendirian pesantren itu. Saat itu, ia dibantu oleh beberapa kiai. Antara lain KH. Akrawi, KH. Zaini dan KH. Sayyidah Ahmad.
Seiring waktu, Kiai Djunaidi berhasil meletakkan pondasi pendidikan pesantren yang cukup mapan. Hingga Allah SWT memanggilnya pada 1977, pesantren tersebut tidak hanya berupa pendidikan salaf, tapi telah menerapkan pendidikan formal.
Perkembangann Pesantren Bustanul Makmur mengalami masa keemasan pada era kepemimpinan KH. Zarkasy Djunaidi. Putra pertama Kiai Djunaidi ini, tidak hanya menjadikan pesantren sebagai pusat pendidikan. Namun, juga menjadikan sebagai pusat pergerakan keumatan. Posisinya sebagai rais syuriyah PCNU Banyuwangi, menjadikan Kiai Zarkasy sebagai patron masyarakat Banyuwangi dalam berbagai persoalan. Tak ketinggalan persoalan politik. Banyak peristiwa politik di tingkat lokal maupun nasional yang melibatkan Kiai Zarkasy sebagai salah satu tokoh kunci.
Sepeninggal Kiai Zarkasy pada 2001, Pesantren Kebunrejo tidak lagi diasuh oleh satu orang. Namun, dipimpin dalam konsersium yang disebut dewan pengasuh. Ia adalah Drs. KH. Saifuddin Zuhri, KH. Muwafiq Amir, BA dan KH. Lukmanul Hakim. Ketiganya merupakan putra dan menantu dari Kiai Zarkasy. Di bawah triumvat itulah, Pesantren Kebunrejo terus eksis hingga kini dan terus mengembangkan diri menjadi salah satu pusat pendidikan yang representatif di bumi Blambangan.
0 Response to "RIWAYAT PESANTREN BUSTANUL MAKMUR, GENTENG - BANYUWANGI"
Posting Komentar
Sempatkanlah untuk memberikan salam, kritik, tanggapan, sanggahan, saran, komentar, di kotak komentar. Gratis.....!